Jogjakarta, 15 Februari 2019 — DycodeX bertemu dengan Balai Besar Kerajinan dan Batik (BBKB) Jogjakarta. Diselenggarakan di kantor BBKB di Jl. Kusumanegara No.7, Semaki, Umbulharjo, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, pertemuan ini membahas kerjasama DycodeX dengan BBKB dalam pengembangan aplikasi analisis batik dengan menggunakan teknologi berbasis AI.
Andri Yadi, CEO DycodeX, mengaku bangga telah dipercaya BBKB untuk membuat aplikasi dalam negeri yang mampu memajukan industri kerajinan tradisional batik. “Sebagai salah satu perusahaan pengembang teknologi dalam negeri, terpilihnya DycodeX oleh BBKB untuk mengembangkan aplikasi ini tentunya menjadi sebuah kehormatan karena kami membantu melestarikan budaya Indonesia di era Industri 4.0.”
Dikembangkan dengan teknologi Artificial Intelligence (AI), aplikasi analisis batik ini bertujuan untuk secara otomatis membedakan mana batik yang dibuat secara tradisional oleh pengrajin atau dicetak secara modern di pabrik. Dikembangkan untuk smartphone, pengguna dapat menggunakan kamera ponselnya dan mengambil foto sebuah kain batik untuk mengetahui apakah batik tersebut dibuat atau dicetak.
Untuk mendapatkan hasil yang paling akurat, aplikasi analisis batik dibekali dengan sistem deep learning yang mempelajari pola batik dari sampel. Menggunakan library open source TensorFlow, sampel yang digunakan adalah 1000 kain batik yang difoto secara manual oleh BBKB Jogjakarta.
“Batik sebagai warisan budaya khas Indonesia wajib dilestarikan dan menggunakan teknologi adalah langkah yang tepat,” Andri Yadi menambahkan. “Aplikasi analisis batik yang kami kembangkan bekerjasama dengan BBKB dan Kemenperin ini diharapkan dapat menempatkan batik di posisi yang relevan, terutama di Industri 4.0,” tutupnya.
Comments